PRAMUKA
DAN KRISIS KEPEMIMPINAN PEMUDA
By: Kak Suryanto
Ada hal yang sangat kontradiktif
jika kita amati kualitas pemuda dan sistem pendidikan kita dalam beberapa waktu
terakhir. Kriminalitas dan kenakalan remaja khususnya pelajar SMA sederajat meningkat
tajam. Mulai dari tawuran, pemakaian narkoba, minuman keras, seks bebas bahkan
kriminalitas. Di sisi lain, pelajar kita dan pemuda pada umumnya sangat
“dimanjakan” oleh sejumlah kemudahan dan fasilitas penunjang. Tekhnologi
informasi berbentuk telepon seluler dan internet seharusnya menjadi media
pembelajaran tanpa batas. Beragam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan les
mandiri di rumah juga sangat lengkap, variatif, dan berorientasi pada
kompetensi persaingan global. Seperti penguasaan terhadap sejumlah bahasa asing
dan pengaktualisasian bakat emas terutamadi bidang sains, seni dan ekonomi
kreatif.
Jika dua hal kontradiktif di atas,
sistem pendidikan dan output yang dihasilkan, berkembang sama pesatnya, pasti
ada sesuatu yang salah, kurang atau
hilang. Salah satu hal terpenting yang semakin terpinggirkan bahkan nyaris
hilang dalam sistem pendidikan kita adalah pembelajaran tenteng nilai dan
moral. Selain pelajaran agama, “mata pelajaran” lain yang nyaris hilang adalah
Pramuka. Sebuah kegiatan yang dua decade lalu bisa ditemui di semua jenjang
pendidikan mulai tingkat SD, SMP hingga SMA, bahkan menjadi salah satu kegiatan
ekstrakurikuler favorit pelajar kita. Menjadi anggota pramuka adalah sebuah
kebanggaan bagi pelajar Indonesia ketika itu.
Pramuka,
Riwayatmu Kini
Pramuka
hampir tak terdengar kabarnya terutama dalam satu decade terakhir. Ia seolah
hilang ditelan kemajuan jaman. Bahkan seragam kebesaran berwarna cokelat muda
dan tua itu semakin jarang terlihat. Apalagi semangatnya. Anak sekolah jaman
sekarang bahkan mungkin tidak tahu dan mengenal apa itu pramuka. Pemuda kita
terutama para pelajar sekolah, kini lebih akrab dengan teknologi. Tanpa pondasi
nilai dan moral yang kuat, teknologi dan hiruk pikuk globalisasi akan membentuk
karakter pemuda yang hidonis, pragmatis dan anti sosial. Mereka tumbuh menjadi
generasi yang individualis dan berpikir instan. Kepekaan sosial kepada sesama
dan alam semakin memudar. Banyak fakta dan data yang bertebaran di sekitar
kita. Kriminalitas dan kenakalan remaja meningkat tajam. Mulai dari tawuran,
pemakaian narkoba, minuman keras, seks bebas bahkan kriminalitas. Jika keadaan
ini tidak membaik bahkan bertambah buruk, maka ancaman krisis kepemimpinan
pemuda semakin nyata di depan mata.
Sebagai ujung tombak penentu masa
depan bangsa, kualitas pemuda di masa sekarang akan mempengaruhi kualitas
kepemimpinan mereka di masa mendatang ketika tampuk kepemimpinan telah
berpindah ke pundak mereka. Untuk menyongsong masa depan bangsa yang gemilang,
kita tak hanya butuh pemuda yang berkompetensi tinggi, namun juga beriman,
bermoral, dan berhati nurani. Semua nilai ini terangkum dalam Pramuka. Sebuah
kegiatan yang nyaris hilang dan terlupakan.
Menghidupkan
Kembali Pramuka
Pramuka buka sejarah, tapi ia
adalah penentu masa depan. Menghidupkan kembali pramuka terutama dilingkungan
sekolah merupakan salah satu upaya penting untuk menyemai bibit-bibit
kepemimpinan dalam diri pemuda sedini dan sebaik mungkin. Mengapa Pramuka
penting? Karena kegiatan yang luar biasa ini bisa memberi pengaruh signifikan
terhadap pembentukan kepribadian seseorang terutama pemuda. Karakter positif
dan kepemimpinan pemuda dapat dibentuk melalui organisasi pramuka. Ketakwaan,
cinta alam dan kasih sayang, patriot dan kesatria, patuh dan suka bermusyawarah,
rela menolong dan tabah, rajin, terampil dan gembira, dan semacamnya adalah
nilai-nilai yang senantiasa diajarkan di dalam kegiatan kepramukaan.
Menghidupkan kembali Pramuka dapat
dimulai dengan memasukkannya sebagai pilihan dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Jika perlu, dibuat kurikulum khusus untuk Pramuka. Tentu saja kehadirannya
harus dikemas sekreatif mungkin agar memiliki daya tarik di mata siswa. Jangan
sampai keikutsertaan siswa hanya karena terpaksa. Kita tidak hanya
mengedepankan kuantitas namun juga kualitas. Untuk itu, Pramuka harus hadir
mengikuti konteks jaman tanpa kehilangan jati dirinya.
Agar tidak terkesan kuno dan
membosankan, kegiatan pramuka harus fun. Cara dan media yang digunakan bisa
melalui permainan dan rekreasi. Dua kegiatan yang sangat disukai oleh anak-anak
dan remaja. Seiring dengan perkembangan jaman, kegiatan Pramuka juga harus
berbasis teknologi informasi dengan tetap mengedepankan aspek sosial dan
kepedulian terhadap lingkungan. Kehadiran teknologi informasi seharusnya juga
bisa menjadi sarana untuk menjalin keakraban dan jaringan serta sarana bertukar
informasi antar anggota Pramuka di seluruh penjuru dunia.
Pramuka harus mengemas dan mempersiapkan
dirinya untuk berdimensi global. Dari sinilah pemimpin masa depan berkualitas
dan berdaya saing tinggi tengah kita persiapkan. Apalagi Indonesia memiliki
jumlah anggota pramuka paling banyak di dunia. World Organization of The Scout Mevement (WOSM) telah menjadikan
Indonesia sebagai salah satu negara yang memegang peranan penting dalam
organisasi kepanduan dunia. Banyaknya anggota pramuka di Indonesia dan peranan
pentingnya di tingkat internasional merupakan sebuah potensi besar untuk
menyemai sebanyak mungkin benih-benih pemimpin masa depan.
Penulis
adalah
pembina
Pramuka
di
SMPN 1 Kec. Balong Ponorogo